Catatan Akhir Ramadhan
Oleh : Furqan Ar-Rasyid*
CATATAN AKHIR RAMADHAN - Puasa yang diwajibkan oleh Allah sebagai loyalitas
hamba kepada tuhan-Nya, menyimpan banyak hikmah yang bisa kita jadikan
pelajaran. Selain merupakan ibadah, puasa juga memberi efek positif sosial yang
begitu besar. Ada yang sifatnya ruhiyah maupunjasmaniyah.
Dari segi kesehatan misalnya, puasa
menjadi alternatif pencegahan terhadap penyakit tertentu. Bahkan kita ketahui
orang yang berpuasa lebih kecil resiko terkena penyakit daripada mereka yang
tidak berpuasa. Alat-alat pencernaan manusia sewaktu-waktu juga butuh
istirahat. Maka puasa secara kesehatan menjadi pilihan terbaik.
Nah, baiklah, selain nilai kesehatan
dan ibadah, ada juga nilai-nilai sosial yang terkandung dalam ibadah puasa ini,
diantaranya :
1. Deskripsi lengkap tentang rasa lapar dan haus.
Ketika kita hidup dalam keadaan
rezeki yang berlimpah, ternyata masih ada saudara kita di belahan bumi lainnya
yang hidup sangat memprihatinkan. Keadaan yang membuat mereka menjadi sangat
menderita, ada yang harus mengungsi akibat konflik, akibat kekeringan yang
melanda, sehingga membuat mereka terpuruk dalam kemiskinan.
Seperti yang terjadi di Somalia
sekarang, setiap 6 jam 1 diantara mereka meninggal dunia. Sungguh sangat
menyedihkan nasib yang mereka alami. Muslim di sana, untuk makanan berbuka
puasa saja, mereka tidak punya.
Dengan berpuasa, kita tahu bagaimana
rasa lapar dan dahaga itu, kita tahu bagaimana kesusahan hidup yang mereka
alami. Tak ada makanan, bagaimana mereka bisa bertahan hidup? Semoga
dengan berpuasa solidaritas dan kepedulian kita terhadap sesama terus meningkat
dan memberikan uluran tangan semampu kita.
2. Indahnya berbagi di bulan yang suci.
Hadirnya bulan Ramadhan ke
tengah-tengah kita merupakan peluang yang begitu besar untuk bisa berbagi
dengan sesama. Sebab kebaikan yang kita lakukan di bulan yang suci ini,
semuanya dilipatgandakan.
Ada banyak hal yang bisa kita lakukan
di bulan yang suci ini, selain beribadah, nilai kepedulian antar sesama terus
digembleng di bulan yang suci ini, dengan harapan nilai-nilai ruhiyah ini dapat
terus kita pertahankan di bulan-bulan lainnya.
Saling menyediakan panganan berbuka
puasa, menjadi hal yang sangat indah tentunya, bahkan sangat dianjurkan dalam
Islam. Selain itu, harta yang kita punya juga bisa kita dermakan kepada mereka
yang kurang mampu, fakir miskin, anak yatim dan kaum dhuafa.
Di bulan yang mulia ini, Allah juga
memerintahkan kita untuk menunaikan zakat fitrah. Selain melaksanakan
kewajiban, zakat fitrah ini nantinya akan dibagikan kepada mereka yang berhak
menerimanya. Agar mereka juga bisa merasakan kenikmatan dan karunia tuhan
kepadanya. Saling melengkapi dan berbagi, itulah sikap yang harus ada pada
setiap muslim.
3. Silaturrahmi yuuk !
Saya yakin, ada diantara kita yang
jarang sekali bertemu dengan tetangga kampung sebelah sampai kurun waktu
setahun. Atau sama tetangga sendiri? wah, ini yang lebih memprihatinkan.
Kesibukan kerja, kesibukan kuliah,
dan kegiatan-kegiatan lainnya tak jarang membuat kita “lupa” sama tetangga
sendiri, pergi pagi dan kembali sore harinya, malamnya dilanjutkan dengan
istirahat karena kelelahan. Esok harinya kejadian yang sama berulang kembali.
Sudah kita sisihkan sedikit waktu kita untuk bertemu tetangga, eh, ternyata si
tetangga yang tak punya waktu. huff !
Kejadian di atas adalah sedikit fakta
yang kita alami sehari-hari, bahkan saya juga mengalami hal yang sama, saya
akui bahwa selama ini saya memang jarang bersilaturrahmi, kegiatan saya cuma
berkutat pada tugas, kuliah, dan kegiatan organisasi lainnya. Begitulah
berlangsung setiap harinya.
Nah, bagaimana dengan anda?
Di bulan puasa ini marilah kita
menjadikannya sebagai ajang silaturrahmi dan terus memperkuat ukhuwah kita,
banyak hal yang bisa kita lakukan, mulai dari kegiatan tarawehan, salat malam
bersama, tadarus, pengajian ramadhan, pesantren kilat, buka puasa bersama, dan
beriktikaf dan lain sebagainya. Selain bernilai ibadah, kegiatan-kegiatan di
atas juga bernilai positif dalam hubungan silaturrahmi antara kita.
Saya sarankan, di akhir Ramadhan,
cobalah bergabung dengan panitia penerima zakat, atau paling tidak ikut
membantu mereka, pasti nikmatnya puasa dan kebersamaan akan sangat terasa.
4. Puasa dan kesalehan berjama’ah.
Apa beda antara ustad yang tinggal di
dalam goa sebuah gunung, dengan ustad yang tinggal dan berbaur dengan
masyarakat? ustad seperti mana yang anda idamkan?
Saya yakin, anda akan memilih ustaz
yang kedua; ustad yang tinggal dan berbaur dengan masyarakat.
Dalam analogi dua orang ustad tadi,
jelas sekali perbedaan antara keduanya, walaupun sama-sama ustad. Ustad yang di
gunung tidak dianggap istimewa karena manfaat ilmunya hanya untuk dirinya saja,
akan tetapi ustad yang kedua dianggap sangat istimewa sebab ilmunya bisa
dipetik oleh banyak orang. Apalah arti kesalehan buat dirinya saja, sementara
orang-orang sekelilingnya terpuruk dalam maksiat dan kejahilan?
Seperti itulah barometer untuk sebuah
kesalehan, yaitu kesalehan secara manusiawi dan sosial, bukan kesalehan
individu, sebagian kita menyebutnya dengan istilah kesalehan berjamaah. Dalam
kesalehan berjamaah, sikap saling rangkul dan saling peduli sangat ditekankan
di sini. Saling mengingatkan dirinya dan orang lain untuk selalu meningkatkan
kesalehan dan keimanan kepada Allah.
Dari namanya saja yang berasal dari
bahasa arab, kata jama’ah berari bersama-sama, maka kesalehan berjamaah hanya
dapat dipupuk dengan bersama-sama, bukan sendirian. karenanya ajaklah selalu
orang berbuat baik dan cegahlah mereka daripada berbuat maksiat.
Bulan yang mulia ini, menjadi moment
yang tepat untuk terus meningkatkan kesalehan berjamaah, saling peduli antar
sesama, saling menasehati dalam beragama.
********
Setiap tahunnya Ramadhan silih
berganti, sementara kita menerima “Rapor Ramadhan” dengan hasil yang
berbeda-beda, kita berharap Ramadhan kali ini lebih baik daripada tahun-tahun
sebelumnya, apa yang masih kurang, masi ada bilangan hari untuk memperbaikinya.
Sebelum tamu yang agung ini meninggalkan kita.
Prestasi amal saleh dan peningkatan
ibadah yang berhasil kita lakukan selama ini, semoga terus bertahan sampai
puasa tahun depan. Sikap peduli sesama yang kita dapatkan selama berpuasa
hendaknya bisa kita aplikasikan dalam hidup sehari-hari, walaupun nantinya
Ramadhan meninggalkan kita. Nilai-nilai sosial yang terkandung, hendaklah
menjadi tolak ukur sejauh mana kepedulian dan kesalehan berjamaah kita selama
ini.
Taqabbalallahu minna wa minkum.
*Penulis adalah Mahasiswa Al-Azhar
Mesir Tingkat IV Fakultas Syariah Jurusan Qanun,
0 Response to "Catatan Akhir Ramadhan"
Post a Comment