Agresi Iman (Aliran Sesat)

Agresi Iman (Aliran Sesat)
Aliran Sesat kian marak berkembang di Aceh


Oleh : Furqan Ar-Rasyid

( buletin el-Asyi edisi. 109)  – Mimbar Dakwah

Agresi Iman (Aliran Sesat) - Adalah Aceh, negeri yang tiada henti-hentinya dihadapkan dengan berbagai masalah kompleks yang mengundang perhatian dan pengayoman berbagai pihak. Dari masa konflik, bencana tsunami, aksi terorisme sampai masalah pendangkalan aqidah.

Seperti yang terjadi akhir ini. Aliran sesat merambah subur di ranah Seuramoe Mekkah.Tidaklah perlu kita paparkan nama sejumlah aliran sesat di sini, karena kita yakin, sedikit banyaknya pembaca sudah mengenal aliran sesat itu sendiri. Yang jelas, semua yang menyimpang dari Al-Quran dan Hadits adalah sesat, baik dalam teori maupun prakteknya.

Dengan tidak menafikan fakta yang ada, aliran sesat ini bukanlah hal yang baru di Aceh. Di zaman Sultan Iskandar Muda pun sudah pernah tercium geliat seperti ini, nah sekarang hal ini kembali mencuat dengan pakaian dan motif yang baru, bukan tak mungkin aliran ini akan muncul lagi di masa yang akan datang. Barangkali sebagai teguran bagi kita untuk lebih jeli membaca Aceh.

Dahulu arus aliran sesat ini hanya di luar Aceh saja. Secara sepihak kita mungkin kita masih bisa berkilah, namun sekarang aliran ‘pencuci otak’ ini berkembang pesat di Aceh. Akankah kita diam menjadi penonton saja? ataukah ini hanya sensasi semata? lantas apakah ada istilah sensasi dalam beragama? apalagi ini menyangkut persoalan aqidah. Silahkan pembaca menjawabnya sendiri.

Ya, kalau kita menilik lebih jauh, ternyata akar kemunculan aliran sesat ini lebih dipicu karena kurangnya pemahaman dan keilmuan agama yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri, terlepas nantinya apakah ada intervensi pihak luar yang sengaja ingin menghancurkan islam di Aceh.

Selanjutnya masalah ekonomi, tak jarang ada orang bersedia melakukan hal-hal ‘aneh’ karena desakan ekonomi. ketika kebutuhan yang begitu besar dihadapakan pada source income yang tak mencukupi, maka dengan mudah orang itu akan ditaklukkan, walau dalam urusan aqidah sekalipun, tak perlu kita membicarakannya panjang lebar di sini. Bukti sudah ada!

Di sisi lain, psycho-cultural masyarakat itu sendiri akan selalu mencari ketenangann dalam beragama dan menjalankan kelangsungan ritual agamanya, tentunya dengan rasa aman dan jauh dari rasa was-was. Hal yang lumrah bagi setiap individu. Nah, bagi mereka mudah goncang imannya, ketika hal-hal yang diinginkan tidak terpenuhi, mereka akan mencari ‘tempat baru’ yang dianggap nyaman untuk kegiatan agamanya.

Selain dari akar permasalahan di atas, tentunya perlu kita melihat  nilai kekuasaan danmonitoring, eksistensi pemerintah memang sangat diharapkan di sini, karenanya pemerintah sebagai pengayom masyarakat juga sewaktu-waktu harus siap berperan ganda sebagai mesin perontok bagi ‘hama-hama’ iman yang membuat warganya tidak nyaman .

Kriteria lain yang sebenarnya diinginkan masyarakat adalah poemerintah dengan semua aparaturnya di-force-kan untuk selalu up to date dan punya sinyal peduli dalam membaca setiap sudut peta perjalanan Aceh. Setiap persoalan yang dihadapi tentunya butuh pencerahan tangkas dan cepat dari perangkat pemerintah yang berwenang, sehingga hal ini nantinya tidak berlarut-larut.

Sangat disayangkan, karena sebelum aliran ini marak berkembang di Aceh, jauh-jauh hari sudah ada warga yang melaporkannya ke instansi yang berwenang, di beberapa titik; Gayo, Aceh Timur dan Bireun misalnya. namun terkesan tidak digubris oleh pemerintah setempat.

Lalu bagaimana caranya mengetahui sebuah aliran itu sesat?


Untuk lebih jelasnya silahkan pembaca merujuk kepada fatwa MPU Aceh nomor 4 tahun 2007 tentang pedoman identifikasi aliran sesat. Di sana hanya disebutkan ciri cirinya, semoga kita bisa mengenalnya melalu ciri-ciri, tidak melalui nama. Sebab nama dan penampilan bisa saja berubah.

Dalam upaya justifikasinya, tak jarang masalah lain juga bermunculan, sikap kurang akurat dalam meneliti sebuah aliran itu sesat atau tidak, menjadi pemicu masalah baru. Secara gamblang, terdeteksi adanya beberapa  media dan sumber yang tidak akurat dalam memberikan post-reply. Tak main main, bahkan ada juga instansi yang ‘tidak layak’ dan bukan wewenangnya untuk mengklaim sebuah aliran sesat atau tidak, juga ikut nimbrung dalam pendeteksian yang keliru ini. Sangat fatal bila sebuah urusan dimotori oleh yang bukan ahlinya.

Fenomena ini menuntut kita untuk terus belajar, membaca dan bertanya, hal yang tidak mungkin untuk kita  mamah sendiri karena keterbatasan ilmu yang kita miliki, seyogyanya kita bertanya kepada mereka yang mampu.

Bagi kita semua yang insya Allah akan menjadi bagian stake-holder Aceh kedepan (amin), kita sangat mengharapkan untuk terus mampu up to date dan memiliki kriteria di atas tentunya, sebab antisipasi permasalahan Aceh kedepan, sangat bergantung dari apa  yang kita hadapi dan kita persiapkan saat ini.

Terakhir, penulis memimjam bahasa kritis seorang elit politik Aceh. “Tingkatkan saja keilmuan dan ekonomi di Aceh, insya Allah Aceh akan aman. Pembaca setuju? Wallahu A’lam.


Mahasiswa Tingkat IIIFak. Syariah wal Qanun Al-AzharJur. Qanun  (Editor el-Asyi; buletin kekeluargaan Aceh-Mesir)



0 Response to "Agresi Iman (Aliran Sesat)"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel